Blog.

Dermatologi, Venereologi, dan Estetik

Yudisium

Hari terakhir di stase IPD adalah hari pertama di stase aku selanjutnya, yaitu stase kulit dan kelamin di bawah naungan departemen Dermatologi, Venereologi, dan Estetika. Setelah proses penerimaan dokter muda dan arahan dari segenap jajaran, kami secara resmi berstatus sebagai dokter muda bagian kulit untuk 4--5 minggu ke depan. Kami juga mengerjakan soal pretest untuk mengukur pemahaman kami sebelum di awal stase yang akan dibandingkan dengan posttest di akhir nantinya.

Transisi menuju stase keduaku cukup berkesan. Dinas jaga yang selalu menyusul segera setelah jam kerja berakhir di IPD tidak lagi berlaku. Di sisi lain, kami harus mengejar target ilmiah yang jauh lebih banyak di stase ini, sebanyak total 16 ilmiah. Tiap kelompok yang terdiri dari dua preseptor menjadi tantangan sendiri dalam menyiapkan dan melaksanaan ilmiah. Kegiatan sehari-hari yang biasanya berada di area bangsal sekarang bergeser ke arah barat, yaitu di gedung poli.

Aku berada di kelompok 3 dengan dosen preseptor dr. Rina Gustia, Sp.DVE, Subsp. DA, FINSDV,FAADV dan dr. Tutty Ariani, Sp.DVE, Subsp.DT, FINSDV. Koordinasi kami mengenai topik yang diambil untuk Journal Reading (JR), kasus untuk Case Report Session (CRS), dan pasien untuk Bed Site Teaching (BST) dilakukan melalui residen pendamping. Selain jumlahnya yang banyak, ilmiah juga harus terdiri atas berbagai topik sehingga pembelajaran kami tidak hanya berfokus pada satu topik saja.

Dengan demikian, tiap jenis ilmiah memiliki tantangannya masing-masing. Pada JR, jurnal yang akan ditampilkan berisi kasus yang perlu kami pahami yang memperlihatkan manifestasi klinis pasien. Jurnal tersebut juga harus dipublikasikan dalam beberapa tahun terakhir agar informasi yang disadur cenderung lebih sesuai dengan kondisi saat ini. Pada CRS, kasus pasien harus dipahami dengan baik. Yang terakhir, pada BST, opsi penyakit kulit yang semakin terbatas dapat membingungkan dalam mencari pasien. Selain itu, kasus pasien yang datang ke poliklinik RS Dr. M. Djamil Padang tidak selalu berada dalam ranah kompetensi dokter umum, mengingat status rumah sakit sebagai rumah sakit rujukan. Aku bersama Iffah menampilkan kasus TB kutis sebagai JR dan uretritis gonore sebagai CRS. Lalu, pada BST aku melakukan pemeriksaan pada pasien moluskum kontagiosum.

Pasien moluskum kontagiosum aku temui ketika berada di box infeksi. Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun datang dengan keluhan bintil-bintil sewarna kulit yang sedikit nyeri di ketiak kanan yang membesar dan semakin meluas dalam beberapa minggu terakhir. Sejak pagi, pasien yang kita sebut saja sebagai Rafa tampak energetik berlari kesana kemari sembari menunggu giliran untuk diperiksa. Tidak seperti anak-anak pada umumnya, Rafa tidak takut untuk disuntik, bahkan berkeinginan untuk disuntik. Setiap kali Rafa kurang kooperatif dalam pemeriksaan fisik, ibunya yang datang mendampingi selalu membujuknya dengan iming-iming disuntik. "Ayo angkat tangannya, mau diperiksa sama dokter". Rafa yang enggan seketika sukarela untuk mengangkat lengan kanannya saat melihat spuit 1 cc yang diletakkan oleh salah seorang residen , "ini suntiknya, nih. Rafa mau disuntik kan?".

Sehari-hari, kami berada di box yang terdiri atas box infeksi, alergi-imunologi, noninfeksi, kosmetik, infeksi menular seksual (IMS), dan tumor bedah kulit. Jadwal box berubah tiap 2 hari dengan rekan box yang sama hingga akhir stase. Aku dengan Arsyan, Uty, dan Kak Viona berada dalam satu box. Di tiap boxnya kami mengamati proses anamnesis dan pemeriksaan fisik hingga tatalaksana yang diberikan pada pasien. Pentingnya edukasi penggunaan obat topikal maupun sistemik yang diberikan pada pasien dan efek sampingnya menjadi sebuah aspek baru yang aku temui. Selain itu, berbagai jenis vehikulum juga menjadi hal baru yang harus kami kuasai sebaik mungkin.

Pada beberapa box, seperti infeksi, noninfeksi, dan alergi-imunologi, kami harus menyertai residen dalam visite pagi yang dilaksanakan pukul 06.00 WIB. Awalnya, kami tergolong beruntung karena hanya satu kali visite pagi. Akan tetapi, keberuntungan kami habis pada seminggu terakhir kami. Kami berempat sepakat agar semuanya hadir visite, meskipun hanya diminta perwakilan.

Ujian di stase kulit dan kelamin ini terdiri atas MiniCEX (Mini Clinical Examination) dan OSCE. Pada MiniCEX, tiap dokter muda akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, terutama status dermatologikus, dan seterusnya hingga tatalaksana umum dan khusus dan prognosis pasien. Aku berkesempatan untuk diuji oleh dr. Tutty dengan melakukan anamnesis pada residen kepercayaan beliau. Beberapa aspek yang eksklusif untuk stase ini harus menjadi perhatian khusus, seperti rumusan keluhan utama, melihat lesi sebelum anamnesis lebih mendalam, status dermatologikus, diagnosis banding dan pemeriksaan penunjang, sediaan obat topikal, dan edukasi pemberian obat. Aku mendapat kasus Herpes Zoster thorakalis sinistra setinggi T7--T8.

OSCE terdiri atas 10 pertanyaan yang harus diselesaikan dalam 5 menit dengan 2--3 stase istirahat di antaranya. Pertanyaan yang diberikan juga bervariasi, dapat mengenai poin anamnesis, status dermatologikus, pemeriksaan penunjang dan hasil yang diharapkan, pembuatan resep, hingga tindakan, seperti ekstraksi komedo. Tidak jauh berbeda dengan alur pengerjaan OSCE selama di preklinik, soal pertama yang dikerjakan cenderung kurang maksimal sebelum masuk dalam flow state. Salah satu station yang paling menarik untuk aku adalah anamnesis pada pasien dengan kecurigaan infeksi menular seksual. Di lapangan nantinya, anamnesis pasien seperti ini bukanlah hal yang mudah. Berbagai faktor risiko mengenai ranah privat yang harus diselidiki oleh dokter tidak semudah itu dijawab dengan jujur sehingga kemampuan komunikasi yang baik sangat diperlukan agar tidak menyudutkan. Sayangnya, anamnesis yang aku lakukan melebihi waktu 5 menit sehingga harus diakhiri dengan tergesa-gesa.

Pada hari Rabu, 10 Juli 2024, aku beserta 24 rekan dokter muda kulit periode Juni--Juli 2024 kembali dilepas oleh pengelola bagian dermatologi, venereologi, dan estetik. Setelah pengerjaan posttest pada pagi hari, nilai kami dibandingkan dengan nilai pretest. Kesimpulan data nilai kami juga disampaikan dan arahan tindak lanjut selanjutnya. Sesi foto bersama preseptor dan residen pendamping